MENYIBAK HIJAB CINTA DENGAN RESEPI CINTA..

by - May 18, 2011

 




 

Diri ini sangatlah menyukai, meminati dan mengagumi buku-buku karya Ibnu Athaillah al-Sakandari.
Dan saya mula mengenal sebaris nama harum ini lewat novel Kang Abik, iaitu Ketika Cinta Bertasbih 1. Sudah sungguh tua saya di ketika itu, di sela umur kira-kira 21 tahun baru saya mendengar namanya....! Namun saya sangat bersyukur Allah telah memilihkan saya, jikalau bukan dengan rahmat-Nya, tentu sehingga kini saya masih belum kenal akan beliau dan butir-butir embun hikmah dari beliau yang bisa menyejukkan hati ini, memberi pemahaman pada akal ini serta memberi ruh pada jiwa ini...!

Di dalam novel KCB itu, banyak sekali petikan baris-baris dari kitab al-Hikam. Ya, itu bedanya membaca novel bernada ilmiah lepasan Sarjana Muda dan Sarjana, bakal ad-Dukturah lagi. Insan-insan seperti Ustaz Habiburrahman@Kang Abik, Ustaz Zaid Akhtar, Akh Faisal Tehrani, Akh Ubaidillah Alias, Kak Fatimah Syarha, Kak Ummu Hani dll. Ada nota kaki, rujukan dari kitab-kitab agama dll yang kompeten dan banyak sekali (Rabb, izinkan juga saya bergabung dalam angkatan mereka)..! aamiin ~ 

Kitab Ibn Athoillah sangatlah banyak, yang sudah sampai ke tangan kita ini.
Kenapa kita masih tidak mahu mencedok kedalaman ilmunya, jua kejernihan hatinya, dan kebeningan makrifahnya dalam jalan menuju sebuah negeri abadi yang waktunya entah esok, entah lusa....? Lalu kita selesa memilih untuk membelek wajah-wajah artis pendedah aurat dan filem-filem yang merosakkan? Memilih untuk membelek akhbar akhbar yang dipenuhi fitnah dan umpat keji..? Merelakan untuk turut dibawa arus kemodenan yang menyesakkan dada...? 

Akhir-akhir ini, saya jadi teringat-ingat benar pada suatu kata ini, dalam buku "Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa: Tasawwuf Untuk Sufi Kampus". Wah..! Tajuknya pun sudah seru sekali!~
Saya ada menuliskan tentang buku ini sebelum ini.

Kata penulis buku tersebut, 
"Allah tidak pernah memberikan sesuatu secara percuma. Dia letakkan di antara DIA dan insan yang akan dicintaiNya sesuatu yang menarik. Apabila insan itu sanggup menyibak dan menyingkirkan halangan itu, maka sampailah dia kepada Cinta ALLAH.."
(halangan itu ada yang sifatnya menyenangkan berupa harta, takhta, wanita/lelaki.
Dan ada pula yang menyakitkan seperti penyakit, kemiskinan, ketakutan, maksiat dsb)

Ya........!
Saya sudah jumpa hijab itu...!
Dan ia sangat menarik, sangat mempesonakan, sangat menyenangkan...
Kerna hati sangat suka dan berkenan..
Bukan satu, tapi ada beberapa hijab...
Biarlah saya simpan sahaja sendiri...
Perihal apakah, atau siapakah, atau bagaimanakah hijab-hijab itu..

Oh Tuhan..saya akan berusaha menyibak, menyelak dan menyingkirkan ia..
Demi untuk sampai kepadaMu..
Walau sungguh hati ini terasa sangat sakit..
Dan mata ini selalu basah...
Serasa ingin pecah di dalam dada..
Namun saya mahu menyibaknya....!
Untuk sampai kepadaMu...

Sudahkah anda menjumpai hijab itu...??
Kalau sudah menjumpainya, tahniah!
Bermakna kita sudah kenal diri kita.
Maka tibalah masa untuk kita mula mengenal Sang Pencipta, bercinta dengan Sang Maha Cinta, dan merinduiNya saban ketika ~

Kerna kita mampu menyibak hijab cinta dengan resepi cinta..
Apakah itu Resepi Cinta?
Iaitulah Resepi Cinta pada Ilahi..
Dari kata-kata hikmah Ibnu Athoillah..



Diambil dari Novel Ketika Cinta Bertasbih.... (dari dialog Mas Azzam kepada Mas Fadhil yang mencintai Mbak Tiara tapi tidak menyatakan, padahal Tiara juga cinta sama dia. Lalu setelah Tiara dikhitbah orang lain, iaitu sahabatnya sendiri, Fadhil jadi merana.)



"Cinta Sejati itu menyembuhkan tidak menyakitkan..."
"Tidak ada yang bisa mengusir syahwat/ kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana..."

"Pertama, rasa cinta kepada Allah yang luar biasa yang menggetarkan hatimu, sehingga ketika yang ada di hatimu adalah Allah, yang lain dengan sendirinya menjadi kecil dan terusir.."
"Kedua, Rasa rindu kepada Allah yang dasyat sampai hatimu merana, jika kau merana karena rindu kepada Allah, kau tidak mungkin merana karena rindu pada yang lain. Jika kau sudah sibuk memikirkan Allah, kau tidak akan sibuk memikirkan yang lain..."

"Mencintai mahluk itu sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan mahluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta kepada Allah yang tidak. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak akan pernah merasa kehilangan. Tak ada yang akan merebut Allah yang kau cintai dari hatimu. Jika kau bemesraan dengan Allah, hidup bersama dengan Allah, Allah tidak akan pernah  berpisah dari mu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya..."

"Apa bangga nya kita mendapatkan cinta dari orang yang kita damba, namaun kita kehilangan cinta Allah????"

"Karena hatimu miskin cinta dan rindu kepada Allah, jadinya kau dijajah oleh cinta dan rindu pada yang lain."

"Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah 'Azza wa Jalla."

"Pesanku hanya satu, kau jangan jadi pecundang, jangan jadi pengkhianat. Jadilah kau lelaki sejati. Kau jangan kalah oleh perasaan. Sebagian dari perasaan itu datangnya dari nafsu yang mengajak dosa. TAPI IKUTILAH PETUNJUK NABI!"


Ini satu nukilan dari Ibnu Athoillah...
Allah.....sungguh saya termenung membacanya.... dan mata terasa pijar..
Lalu hati mula gerimis.......

Ilahi...
Akulah fakir dalam kecukupanku
Bagaimana aku tidak fakir dalam kefakiranku?

Ilahi...
Akulah si bodoh dalam pengetahuanku
Bagaimana aku tidak bodoh dalam kebodohanku?

Ilahi...
Ragam aturanmu di semesta ini
Dan kecepatan manifest ketentuan-ketentuanMu
Telah mencegah hamba-hambaMu yang mengenalMu
Dan tiada harapan dariMu dalam cobaan (kecuali padaMu)

Ilahi...
Dariku layaklah dengan cacian
DariMu layaklah dengan pujaan

Ilahi...
Engkau Sifati diriMu dengan kelemah lembutan padaku
Sebelum adanya kelemahanku
Apakah Engkau tega menghalangi lemah lembutMu
Setelah adanya kelemahanKu?

Ilahi...
Jika yang tampak kebajikan padaku itu
Sungguh, itulah anugerahMu padaku
Jika yang tampak itu keburukanku
Sungguh, itulah keadilanMu,
dan HakMulah berhujjah padaku

Ilahi...
Bagaimana Engkau serahkan itu padaku?
Sedangkan diriku telah memasrahkan diri padaMu
Bagaimana jua aku mengurangi hakku?
Sedang DiriMu Yang MenolongKu
Bagaimana aku tak beruntung?
Sedang Engkaulah yang menyayangiKu

Inilah aku, tawassul padaMu
Dengan kefakiranku di sisiMu
Kefakiran yang yang menujukkan padaMu
Dan menyambungkan hubungan di sisiMu

Bagaimana mungkin aku bertawassul padaMu?
Dengan kemustahilan-kemustahilan untuk bersambung denganMu...
Bagaimana jua aku mengeluh padaMu tentang derita?
Sedangkan tak samar sedikit pun dari pandanganMu...
Bagaimana aku urai dengan kata-kataku padaMu?
Sedang kata itu dariMu dan menuju kepadaMu...
Bagaimana aku gagal menempuh cita-citaku?
Sedang aku telah menebusnya bagiMu...
Bagaimana ahwal ruhaniku tak elok?
Padahal bersamaMu tegak berdiri
Menuju kepadaMu...

(Dari Munajatnya di akhir Al-Hikam.)








 Share This Post =)

You May Also Like

0 Comments